Hai, nama gue Ocha, 21 tahun. Mahasiswa semester akhir yang yakin bisa ikut wisuda periode berikutnya. Salah satu syarat ikut wisuda selain skripsi yang udah kelar adalah sertifikat TOEFL. Minimal 480 katanya. Biaya tes TOEFL ITP sudah ditanggung kampus. Mumpung gratis, sekalian aja lah diusahakan dapat nilai yang bagus, 500 ke atas. Biar sertifikatnya bisa dipake ngelamar kerja atau lanjut S2. Untungnya ada temen-temen gue, Rini dan Febri, yg berpikiran sama. Kita sepakat ikut paket tutorial TOEFL privat di pusat bahasa kampus.
Gue, Rini dan Febri kebagian tutor bernama Mrs Lia, ibu-ibu gaul masa kini. Mrs Lia suka bercerita tentang kehidupannya karena karir, usaha dan keluarganya sukses. Punya lembaga kursus bahasa inggris. Anaknya sudah S2 semua, mereka menikah, merantau dan bahagia. Suaminya setia dan romantis. Begitu tau kita bertiga adalah jomblo, segala wejangannya demi mencapai kehidupan bahagia dalam keluarga dan karir langsung dimuntahkan semua. Sampai - sampai nggak kerasa kalau ini sebenernya sesi tutorial TOEFL. Kalau IELTS masih nyambung-nyambung dikit lah ya, conversation dan essay. Maksa
Ya, kita bertiga adalah jomblo. Gue jomblo konginetal, Rini jomblo kronis dan Febri jomblo akut. Seperti penyakit kronis yang menahun, kejombloan Rini juga sudah menahun. Terakhir dia pacaran akhir SMP sampai awal SMA. Setelah itu penyakit jomblo menghinggapinya. Beda lagi Febri, serangan penyakit jomblonya kerap kali datang secara akut. Mendadak dia jomblo 3 bulan lalu setelah pacaran kurang lebih 1 tahun. Saat ini sih febri mulai punya gebetan. Mungkin dia akan sembuh dari jomblo akutnya beberapa bulan lagi. Ini lah kita, 3 orang jomblo yang jadi sasaran empuk wejangannya Mrs Lia soal relationship.