Sore ini aku berniat
keluar. Sudah membuka gerbang lalu hujan mulai turun. Kuputuskan tidak jadi
keluar dan kembali ke kamar. Beberapa saat kemudian terdengar suara kambing
merengek. Ya suara embeek.. Tapi melengking seperti anak kecil. Aku intip dari
kaca jendela kamar, ternyata 2 anak kambing terpisah dari induknya. Mereka ada
di dalam gerbang kos ku. Ibunya ada diluar gerbang. 2 anak kambing kebingungan,
ibu kambingpun kebingungan, aku ikut
bingung.
Hujan semakin deras,
2 anak kambing berteduh di teras, sambil terus mengembik melengking. Aku rasa
mereka menangis. Ibu kambing masih mondar-mandir di depan gerbang, sambil
mengembik menyahuti embikan anak kambing. Aku rasa dia menenangkan anaknya. Aku
memasak mie di dalam kamar, sambil memilih mau memasak mie rasa apa. Aku rasa
rasa soto sore ini enak juga.
Suara anak kambing
dan ibu kambing semakin sering dan melengking. Aku kasihan juga pada mereka.
Pasti 2 anak kambing itu masih balita. Bayangkan betapa bingungnya balita yang
terpisah dari ibunya. Sementara itu ibu kambing harus kehujanan menunggu mereka.
Kenapa tidak
kubukakan saja gerbangnya?, pikirku.
Anak kambing akan berlari ke ibunya. Lalu mereka pulang ke rumahnya.
Aku ambil payung dan
ku buka gerbangnya. Tapi anak kambing tidak beranjak dari tempatnya. Aku
bingung bagaimana mau memanggil dan mengajak mereka turun. Bing.. Bing.. Bing..
Apa harus begitu?? Seperti aku memanggil pus.. Pus.. Pus.. Belum sempat aku
mencob cara itu, ibu kambing mendekat masuk, aku mundur. Aku baru sadar ibu
kambing yang menyedihkan ini juga punya 2 tanduk. Yah, kambing dewasa memang
selayaknya bertanduk. Kuturunkan payungku menghalaunya. Dia malah mengikut ke
arahku. Hus.. Hus.. Hus.. Tidak mempan. Aku terus mundur sampai di depan kamar,
ku taruh payung dalam keadaan terbuka untuk mengahalangi aku dengan ibu
kambing. Ibu kambing naik ke tangga menemui anak-anaknya. Berteduh disana.
Maksud hati kasihan,
ingin meloloskan 2 anak kambing yang terjebak gerbang kos. Kenapa jadi
kambingnya masuk semua?! Beberapa kali aku intip di tangga, ibu kambing
menatapku waspada. Sekarang aku nggak bisa apa-apa. Hanya bisa menunggu
berharap hujan segera reda, dan kambing sekeluarga segera ingat rumahnya.
Dengan sukarela meninggalkan kos ku yang gerbangnya masih terbuka.
Jadi kawan, ada satu
pelajaran yang harus selalu aku ingat. Kalian juga perlu mengingatnya agar
tidak mengambil langkah bodoh macam aku ini. Kambing itu bukan ayam yang bisa
di 'gusak' seenaknya, juga bukan kucing yang bisa dipanggil dengan pus.. pus.. pus..
Sampai tulisan ini
dimuat, hujan belum berhenti.. :'|
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus