Kamis, 24 Oktober 2013

Epidemiologi Deskriptif Diare

Pertama kali terlambat, di waktu yang tidak tepat, membuahkan hasil penugasan individu. Menurut dosen saya, penugasan ini bukan hukuman. Hanya agar saya mengerti materi hari itu.
OK lah, semoga bermanfaat


Disusun Oleh :
ROSANING HARUM MEDIANSARI (R1113071)


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Diare hingga saat ini masih merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian hampir di seluruh daerah geografis di dunia dan semua kelompok usia  bisa  diserang oleh diare, tetapi penyakit berat dengan kematian yang tinggi terutama terjadi  pada bayi dan anak balita. Di negara berkembang, anak-anak menderita diare lebih dari 12 kali per tahun dan hal ini yang menjadi penyebab kematian sebesar 15-34% dari semua penyebab kematian. Di negara berkembang, anak-anak balita mengalami rata-rata 3-4 kali kejadian diare per tahun  tetapi di beberapa tempat terjadi  lebih dari 9  kali  kejadian diare per tahun atau hampir 15-20% waktu hidup  anak dihabiskan untuk diare.
Penyakit diare di Indonesia merupakan salah satu masalah  kesehatan masyarakat yang utama, hal ini  disebabkan  karena  masih  tingginya angka kesakitan diare yang  menimbulkan banyak kematian terutama pada balita.  Angka kesakitan diare di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Angka kesakitan diare pada tahun 2006 yaitu 423 per 1000 penduduk, dengan jumlah kasus 10.980 penderita dengan jumlah kematian 277 (CFR 2,52%). Di Indonesia dilaporkan  terdapat 1,6 sampai 2 kejadian diare per tahun pada balita, sehingga secara  keseluruhan diperkirakan kejadian  diare pada balita berkisar antara 40 juta setahun dengan kematian sebanyak 200.000-400.000 balita. Pada survei  tahun 2000 yang dilakukan oleh Ditjen P2MPL Depkes di 10 provinsi, didapatkan hasil bahwa dari 18.000 rumah tangga yang disurvei diambil sampel sebanyak 13.440 balita, dan kejadian diare pada balita yaitu 1,3 episode kejadian diare pertahun.
Dilporkan oleh solopos.com, bahwa Dinas Kesehata Kabupaten (DKK) Wonogiri menetapkan Kejadian Luar Biasa (KLB) di Desa Puhpelem Kecamatan Puhpelem pada Mei 2013. Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL), Supriyo Heriyanto, mewakili Kepala DKK Wonogiri, mengungkapkan berdasarkan informasi dari dokter yang bertugas, jumlah korban diare bertambah hingga lebih dari 70 orang.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis ingin membahas mengeni epidemioogi deskriptif pada diare.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud epidemilogi deskriptif?
2.      Bagaimanapengkajian epidemiologi deskriptif pada kasus diare?

1.3  Tujuan
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami tentang epidemiologi deskriptif dan melakukan pengkajian epidemiologi deskriptif pada penyakit diare.
Tujuan Khusus
1.      Mengetahui pengertian dari epidemilogi deskriptif
2.      Mengetahui pengkajian epidemiologi deskriptif pada diare
1.4  Manfaat
1.      Dapat mengetahui tentang epidemiologi deskriptif
2.      Dapat mengetahui pengkajian epidemiologi deskriptif pada diare


BAB 2
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Epidemioogi Deskriptif
Epidemiologi deskriptif merupakan studi epidemiologi yang berkaitan dengan definisi epidemiologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang distribusi dan frekuensi masalah kesehatan atau penyakit pada masyarakat. Epidemiologi desktriptif merupakan langkah awal untuk mengetahui adanya masalah kesehatan dalam masyarakat serta besarnya masalah kesehatan tersebut dengan menjelaskan factor Manusisa (Who), Waktu (When) dan Tempat (Where).
Epidemiologi deskriptif adalah ilmu yang menggambarkan penyebaran atau distribusi frekuensi penyakit yang terjadi di masyarakat berdasarkan variabel epidemiologi yang mempengaruhinya. Variabelepidemiologi tersebut dikelompokkan menurut orang, tempat dan waktu. Dalam upaya mencari frekuensi distribusi penyakit berdasarkan epidemiologi deskriptif timbul pertanyaan sebagai berikut :
·         Siapa yang terkena?
·         Kapan hal tersebut terjadi?
·         Bagaimana terjadinya?
·         Dimana kejadian tersebut?
·         Berapa jumah orang yang terkena?
·         Bagaimana penyebarannya?
·         Bagaimana ciri-ciri orang yang terkena?
Manfaat epidemiologi deskriptif adalah untuk memperoleh gambaan yang jelas tentang morbiditas dan mortalitas sehingga memudahkan dalam penanggulangan, pencegahan, pengobtan dan rehabiltasi. Selain itu, untuk menggambarkn adanya peningkatan atau penurunan prevalensi penyakit dan akurasi data.



2.2  Epidemiologi Deskriptif Diare
2.2.1      Pengertian Diare
Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiyah, 2005)
2.2.2      Variabel Orang
1)      Umur
Golongan umur yang rentan terkena penyakit diare adalah golongan umur 1 – 4 bulan hingga usia anak di bawah 2 tahun.Sebagian besar diare terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun. Balita yang berumur 12-24 bulan mempunyai resiko terjadi diare 2,23 kali dibanding anak umur 25-59 bulan.
Di negara berkembang, anak-anak balita mengalami rata-rata 3-4 kali kejadian diare per tahun tetapi di beberapa tempat terjadi lebih dari 9 kali kejadian diare per tahun atau hampir 15-20% waktu hidup anak dihabiskan untuk diare (Soebagyo, 2008).
Menurut prevalensi yang didapat dari berbagaisumber, salah satunya dari hasil Riset KesehatanDasar Nasional (RISKESDAS) pada Tahun 2007,penderita diare di Indonesia berasal dari semuaumur, tetapi prevalensi tertinggi penyakit diarediderita oleh balita dan disusul oleh lansia yangberusia lebih dari 75 tahun.
2)      Status Gizi
Status gizi berpengaruh sekali pada diare. Pada anak yang kurang gizi karena pemberian makanan yang kurang, episode diare akut lebih berat, berakhir lebih lama dan lebih sering. Kemungkinan terjadinya diare persisten juga lebih sering dan disentri lebih berat. Resiko meninggal akibat diare persisten atau disentri sangat meningkat bila anak sudah kurang gizi.
3)      Faktor Pendidikan
Pendidikan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap morbiditas anak balita. Semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua, semakin baik tingkat kesehatan yang diperoleh si anak.
4)      Faktor Pekerjaan
Ayah dan ibu yang bekerja Pegawai negeri atau Swasta rata-rata mempunyai pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan ayah dan ibu yang bekerja sebagai buruh atau petani. Jenis pekerjaan umumnya berkaitan dengan tingkat pendidikan dan pendapatan. Tetapi ibu yang bekerja harus membiarkan anaknya diasuh oleh orang lain, sehingga mempunyai resiko lebih besar untuk terpapar dengan penyakit.
5)      Faktor Sosial Ekonomi
Sosial ekonomi mempunyai pengaruh langsung terhadap faktor-faktor penyebab diare. Kebanyakan anak mudah menderita diare berasal dari keluarga besar dengan daya beli yang rendah, kondisi rumah yang buruk, tidak mempunyai penyediaan air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan.

2.2.3      Variabel Tempat
1)      Faktor Lingkungan
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Dua faktor yang dominan, yaitu: sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare (Depkes, 2005).Lingkungan yang dapat menjadi faktor terjadinya penyakit diare adalah lingkungan dengan sanitasi yang buruk dan penyediaan air bersih yang tidak memadai.
Jenis lantai rumah tinggal mempunyai hubungan yang bermakna pula dengan  kejadian diare pada anak balita, Hal ini ditinjau dari jenis alas atau bahan dasar penutup bagian bawah, dinilai dari segi bahan dan kedap air.  Lantai dari tanah lebih baik tidak digunakan lagi, sebab bila musim hujan akan lembab sehingga dapat menimbulkan  gangguan atau penyakit pada penghuninya, oleh karena itu perlu dilapisi dengan lapisan yang kedap air (disemen, dipasang keramik, dan teraso). Lantai dinaikkan kira-kira 20 cm dari permukaan tanah untuk mencegah masuknya air ke dalam rumah (Notoatmodjo, 2003).

2)      Kondisi Pembuangan Kotoran di Rumah
Syarat pembuangan kotoran yang memenuhi aturan kesehatan adalah tidak mengotori permukaan tanah di sekitarnya, tidak mengotori air permukaan di sekitarnya, tidak mengotori air dalam tanah di sekitarnya, dan kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat dipakai sebagai tempat lalat bertelur atau perkembangbiakan vektor penyakit lainnya.Jadi apabila sistem pembuangan kotoran (tinja) dalam sebuah rumah tidak sehat maka akan menjadi faktor terjadinya penyakit diare.

2.2.4      Varabel Waktu 
1)      Musim Hujan
Musim hujan dapat menimbulkan kejadian penyakit diare lebih tinggi karena musim hujan akan menjadikan udara dan tanah menjadi lembab sehingga dapat menimbulkan gangguan atau penyakit (kuman, virus, dan bakteri penyebab diare akan lebih cepat berkembang). Selain itu semakin banyaknya genangan air dan banjir yang telah tercemar dengan bakteri dari tinja seperti Escherichia Coli juga dapat menyebabkan penyakit diare.
2)       Musim Kemarau
Musim kemarau juga dapat menyebabkan terjadinya penyakit diare, terutama kemarau yang berkepanjangan. Hal ini disebabkan karena pada musim kemarau yang berkepanjangan dapat menyebabkan kekeringan dan kondisi ini akan menyebabkan ketersediaan air bersih semakin sulit. Dengan terbatasnya air bersih maka penggunaan air dengan kualitas yang tidak memenuhi standar kesehatan akan menyebabkan penyakit diare.
2.2.5      Penyebab Diare
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor (Partawihardja,1991), antara lain:
1.      Faktor infeksi
a.       Infeksi enteral, yaitu infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebabutama diare, meliputi:
·      Infeksi bakteri: Vibrio cholera, Vibrio eltor, Vibrio parahemolyticus, Escherichia coli, Salmonella typhi, Salmonella para typhi A/B/C,Shigella dysentriae, Shigella flexneri,Clostridium perfrigens, Campilobacter (Helicobacter) jejuni, Staphylococcus sp, Streptococcus sp, Yersinia intestinalis, Coccidiosis, dan sebagainya.
·      Infeksi virus: Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, Norwalk dan lain-lain.
·      Infeksi parasit: Cacing (A. lumbricodes, A. duodenale, N. americanus, T. trichiura, O. velmicularis, S. stercoralis, T. saginata dan T. solium dan lain-lain), Protozoa (Entamoeba hystolitica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis, Isospora sp dan lain-lain), jamur (Candida albicans).
b.      Infeksi parenteral, yaitu infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti: otitis media akut, tonsilitis/tonsilofaringitis, bronkhopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.
2.      Faktor malabsorpsi
a.       Malabsorpsi karbohidrat (pada bayi dan anak yang tersering adalah intoleransi laktosa)
b.      Malabsorpsi lemak
c.       Malabsorpsi protein
3.      Faktor makanan, yaitu makanan basi, beracun, serta alergi terhadap makanan.
4.      Faktor psikologis, yaitu rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada orang dewasa).

2.2.6      Penularan Diare
Penderita  diare  rotavirus  dapat  mengekskresi  virus  dalam jumlah  besar,  yang  dapat  menyebar  melalui  tangan  yang terkontaminasi.  Rotavirus  merupakan  virus  yang  tahan terhadap  berbagai  lingkungan,  sehingga  dapat  ditularkan melalui  berbagai  benda  yang  terkontaminasi,  air,  maupun makanan.  Pada  iklim  tropis,  rotavirus  pada  tinja  dapat bertahan  hidup  sampai  2  bulan. Para  peneliti  juga menduga  bahwa  rotavirus  dapat  ditularkan  melalui  udara, karena  virus  ini  juga  terdeteksi  di  sekresi  saluran  nafas pada anak yang menderita infeksi rotavirus. Transmisi yang lebih dominan adalah fekal-oral yaitu melalui food born diseases dan juga vector dari serangga seperti lalat.
Faktor  pada pejamu yang dapat meningkatkan insiden, beberapa penyakit dan lamanya diare. Faktor-faktor tersebut adalah tidak memberikan ASI sampai umur 2 tahun, kurang gizi, campak, imunodefisiensi atau imunosupresi dan secara proposional diare lebih banyak terjadi pada golongan balita



2.2.7      Jumlah Penderita Diare
a.       Berdasarkan Riskesdas 2007
·         Prevalensi diare klinis adalah 9,0% (rentang: 4,2% - 18,9%), tertinggi di Provinsi NAD (4,2%) dan terendah di DI Yogyakarta (18,9%)
·         Berdasarkan kelompok umur, prevalensi tertinggi diare terjadi pada anak balita (1-4 tahun) yaitu 16,7%.
·         Prevalensi laki-laki dan perempuan hampir sama, yaitu 8,9% pada laki-laki dan 9,1% pada perempuan
·         Prevalensi diare lebih banyak di perdesaan dibandingkan perkotaan, yaitu sebesar 10% di perdesaan dan 7,4 % di perkotaan.
·         Diare cenderung lebih tinggi pada kelompok pendidikan rendah dan bekerja sebagai petani/nelayan dan buruh yang
·         Penyebab kematian bayi (usia 29 hari-11 bulan) yang terbanyak adalah diare (31,4%).
·         Penyebab kematian anak balita (usia 12-59 bulan), terbanyak adalah diare (25,2%)
b.      Berdasarkan SDKI 2007
·         Persentase balita yang mengalami diare adalah 13,7%.
·         Prevalensi diare tertinggi adalah pada anak umur 12-23 bulan yaitu 20,7%.
·         Prevalensi diare sedikit lebih tinggi pada anak laki-laki (14,8 %) dibandingkan dengan anak perempuan (12,5 %).
·         Prevalensi diare lebih tinggi pada balita di perdesaan (14,9 %) dibandingkan dengan perkotaan (12,0 %).
·         Persentase anak balita yang diare dalam 2 minggu sebelum survei dibawa ke fasilitas atau tenaga kesehatan adalah 51%.
·         Hanya satu dari tiga (35%) anak yang menderita diare diberi oralit.

2.2.8      Gejala Diare
a.       Perut mulas dan gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan berkurang.
b.      Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang disertai wial dan wiata.
c.       Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
d.      Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
e.       Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan berat badan.
f.       Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.
g.      Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
h.      Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan dalam.






BAB 3
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Berdasarkan informasi berbasis masyarakat yaitu SKRT dan Riskesdas ditemukan prevalensi diare dari tahun 2001-2007 cenderung meningkat pada semua kelompok umur. Berdasarkan kelompok umur ditemukan peningkatan yang cukup tinggi baik pada bayi maupun pada balita.

3.2  Saran
·         Diperlukan penyuluhan dan bimbingan  Hidup Bersih dan sehat,  sesering mungkin sampai masyarakat mempunyai  kemampuan, kesadaran dan kemauan dalam membuat jamban dan menggunakanya serta selalu hidup bersih dan sehat.
·         Petugas kesehatan Puskesmas dan jaringannya harus selalu mengontrol semua sumber-sumber cemaran atau tempat-tempat hidup dan berkembang bakteri penyebab diare agar selalu berada dalam batas ambang yang tidak menimbulkan penyakit.




DAFTAR PUSTAKA

Arum, Tika Sekar. 2013. DKK Wonogiri Tetapkan KLB Kasus Diare Puhpelem. http://www.solopos.com/2013/05/15/dkk-wonogiri-tetapkan-klb-kasus-diare-puhpelem-406687, diakses tanggal 9-9-2013
Depkes, RI. 2005. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta : Ditjen PPM dan PL
Depkes, RI. Buletin Diare. www.depkes.go.id/downloads/Buletin%20Diare_Final(1).pdf, dikases pada 8-9-2013
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC
Notoatmodjo, S., 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta.
Partawihardja S. 1991.Penatalaksanaan Dietetic Penderita Diare Anak. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Soebagyo. 2008. Diare Akut Pada Anak. Surakarta : Universitas Sebelas Maret Press


2 komentar:

  1. terimakasih untuk informasinya, sebenarnya klo dibiarkan tanpa di obati, penyakit apapun bisa menjadi berbahaya,

    BalasHapus
  2. Ada Obat Herbal Alami yang aman & efektif. Untuk Panggilan Cure Total +2349010754824, atau email dia drrealakhigbe@gmail.com Untuk Janji dengan (Dr.) AKHIGBE hubungi dia. Pengobatan dengan Obat Herbal Alami. Untuk: Demam Berdarah, Malaria. Menstruasi yang Nyeri atau Tidak Teratur. HIV / Aids. Penderita diabetes. Infeksi vagina. Keputihan Vagina. Gatal Dari Bagian Pribadi. Infeksi payudara. Debit dari Payudara. Nyeri & Gatal pada Payudara. Nyeri perut bagian bawah. Tidak Ada Periode atau Periode Tiba-tiba Berhenti. Masalah Seksual Wanita. Penyakit Kronis Tekanan Darah Tinggi. Rasa sakit saat berhubungan seks di dalam Pelvis. Nyeri saat buang air kecil. Penyakit Radang Panggul, (PID). Menetes Sperma dari Vagina Serta Untuk jumlah sperma rendah. Penyakit Parkinson. Lupus. Kanker. TBC Jumlah sperma nol. Bakteri Diare.Herpatitis A&B, Rabies. Asma. Ejakulasi cepat. Batu empedu, Ejakulasi Dini. Herpes. Nyeri sendi. Pukulan. Ereksi yang lemah. Erysipelas, Tiroid, Debit dari Penis. HPV. Hepatitis A dan B. STD. Staphylococcus + Gonorrhea + Sifilis. Penyakit jantung. Pile-Hemorrhoid. Rematik, tiroid, Autisme, pembesaran Penis, Pinggang & Nyeri Punggung. Infertilitas Pria dan Infertilitas Wanita. Dll. Ambil Tindakan Sekarang. hubungi dia & Pesan untuk Pengobatan Herbal Alami Anda: +2349010754824 dan kirimkan email ke drrealakhigbe@gmail.com Catatan Untuk Pengangkatan dengan (Dr.) AKHIGBE. Saya menderita kanker selama setahun dan tiga bulan meninggal karena sakit dan penuh patah hati. Suatu hari saya mencari melalui internet dan saya menemukan kesaksian penyembuhan herpes oleh dokter Akhigbe. Jadi saya menghubungi dia untuk mencoba keberuntungan saya, kami berbicara dan dia mengirimi saya obat melalui jasa kurir dan dengan instruksi tentang cara meminumnya. . Saya tidak benar-benar tahu bagaimana itu terjadi tetapi ada kekuatan dalam pengobatan herbal Dr Akhigbe. Dia adalah dokter jamu yang baik.

    BalasHapus