OK lah, semoga bermanfaat
Disusun Oleh :
ROSANING HARUM MEDIANSARI (R1113071)
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diare hingga saat ini masih merupakan salah satu
penyebab utama kesakitan dan kematian hampir di seluruh daerah geografis di
dunia dan semua kelompok usia bisa diserang oleh diare, tetapi penyakit berat
dengan kematian yang tinggi terutama terjadi
pada bayi dan anak balita. Di negara berkembang, anak-anak menderita
diare lebih dari 12 kali per tahun dan hal ini yang menjadi penyebab kematian
sebesar 15-34% dari semua penyebab kematian. Di negara berkembang, anak-anak
balita mengalami rata-rata 3-4 kali kejadian diare per tahun tetapi di beberapa tempat terjadi lebih dari 9
kali kejadian diare per tahun
atau hampir 15-20% waktu hidup anak
dihabiskan untuk diare.
Penyakit diare di Indonesia merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat yang utama,
hal ini disebabkan karena
masih tingginya angka kesakitan
diare yang menimbulkan banyak kematian
terutama pada balita. Angka kesakitan
diare di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Angka kesakitan
diare pada tahun 2006 yaitu 423 per 1000 penduduk, dengan jumlah kasus 10.980
penderita dengan jumlah kematian 277 (CFR 2,52%). Di Indonesia dilaporkan terdapat 1,6 sampai 2 kejadian diare per
tahun pada balita, sehingga secara
keseluruhan diperkirakan kejadian
diare pada balita berkisar antara 40 juta setahun dengan kematian
sebanyak 200.000-400.000 balita. Pada survei
tahun 2000 yang dilakukan oleh Ditjen P2MPL Depkes di 10 provinsi,
didapatkan hasil bahwa dari 18.000 rumah tangga yang disurvei diambil sampel
sebanyak 13.440 balita, dan kejadian diare pada balita yaitu 1,3 episode
kejadian diare pertahun.
Dilporkan oleh solopos.com, bahwa Dinas Kesehata
Kabupaten (DKK) Wonogiri menetapkan Kejadian Luar Biasa (KLB) di Desa Puhpelem
Kecamatan Puhpelem pada Mei 2013. Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan (P2PL), Supriyo Heriyanto, mewakili Kepala DKK Wonogiri,
mengungkapkan berdasarkan informasi dari dokter yang bertugas, jumlah korban
diare bertambah hingga lebih dari 70 orang.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis ingin
membahas mengeni epidemioogi deskriptif pada diare.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah
yang dimaksud epidemilogi deskriptif?
2. Bagaimanapengkajian
epidemiologi deskriptif pada kasus diare?
1.3 Tujuan
Tujuan Umum
Mahasiswa
mampu memahami tentang epidemiologi deskriptif dan melakukan pengkajian epidemiologi
deskriptif pada penyakit diare.
Tujuan Khusus
1. Mengetahui
pengertian dari epidemilogi deskriptif
2. Mengetahui
pengkajian epidemiologi deskriptif pada diare
1.4 Manfaat
1.
Dapat mengetahui tentang
epidemiologi deskriptif
2.
Dapat mengetahui pengkajian
epidemiologi deskriptif pada diare
BAB
2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Epidemioogi Deskriptif
Epidemiologi
deskriptif merupakan studi epidemiologi yang berkaitan dengan definisi
epidemiologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang distribusi dan frekuensi
masalah kesehatan atau penyakit pada masyarakat. Epidemiologi desktriptif
merupakan langkah awal untuk mengetahui adanya masalah kesehatan dalam
masyarakat serta besarnya masalah kesehatan tersebut dengan menjelaskan factor
Manusisa (Who), Waktu (When) dan Tempat (Where).
Epidemiologi
deskriptif adalah ilmu yang menggambarkan penyebaran atau distribusi frekuensi penyakit
yang terjadi di masyarakat berdasarkan variabel epidemiologi yang
mempengaruhinya. Variabelepidemiologi tersebut dikelompokkan menurut orang,
tempat dan waktu. Dalam upaya mencari frekuensi distribusi penyakit berdasarkan
epidemiologi deskriptif timbul pertanyaan sebagai berikut :
·
Siapa yang terkena?
·
Kapan hal tersebut terjadi?
·
Bagaimana terjadinya?
·
Dimana kejadian tersebut?
·
Berapa jumah orang yang terkena?
·
Bagaimana penyebarannya?
·
Bagaimana ciri-ciri orang yang terkena?
Manfaat
epidemiologi deskriptif adalah untuk memperoleh gambaan yang jelas tentang
morbiditas dan mortalitas sehingga memudahkan dalam penanggulangan, pencegahan,
pengobtan dan rehabiltasi. Selain itu, untuk menggambarkn adanya peningkatan
atau penurunan prevalensi penyakit dan akurasi data.
2.2 Epidemiologi Deskriptif Diare
2.2.1 Pengertian
Diare
Diare
ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih
dari 3 kali pada anak, konsistensi encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula
bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiyah, 2005)
2.2.2 Variabel
Orang
1) Umur
Golongan
umur yang rentan terkena penyakit diare adalah golongan umur 1 – 4 bulan hingga
usia anak di bawah 2 tahun.Sebagian besar diare terjadi pada anak dibawah usia
2 tahun. Balita yang berumur 12-24 bulan mempunyai resiko terjadi diare 2,23
kali dibanding anak umur 25-59 bulan.
Di
negara berkembang, anak-anak balita mengalami rata-rata 3-4 kali kejadian diare
per tahun tetapi di beberapa tempat terjadi lebih dari 9 kali kejadian diare
per tahun atau hampir 15-20% waktu hidup anak dihabiskan untuk diare (Soebagyo,
2008).
Menurut
prevalensi yang didapat dari berbagaisumber, salah satunya dari hasil Riset
KesehatanDasar Nasional (RISKESDAS) pada Tahun 2007,penderita diare di
Indonesia berasal dari semuaumur, tetapi prevalensi tertinggi penyakit diarediderita
oleh balita dan disusul oleh lansia yangberusia lebih dari 75 tahun.
2)
Status Gizi
Status
gizi berpengaruh sekali pada diare. Pada anak yang kurang gizi karena pemberian
makanan yang kurang, episode diare akut lebih berat, berakhir lebih lama dan
lebih sering. Kemungkinan terjadinya diare persisten juga lebih sering dan
disentri lebih berat. Resiko meninggal akibat diare persisten atau disentri
sangat meningkat bila anak sudah kurang gizi.
3)
Faktor Pendidikan
Pendidikan
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap morbiditas anak balita. Semakin
tinggi tingkat pendidikan orang tua, semakin baik tingkat kesehatan yang
diperoleh si anak.
4)
Faktor Pekerjaan
Ayah
dan ibu yang bekerja Pegawai negeri atau Swasta rata-rata mempunyai pendidikan
yang lebih tinggi dibandingkan ayah dan ibu yang bekerja sebagai buruh atau petani.
Jenis pekerjaan umumnya berkaitan dengan tingkat pendidikan dan pendapatan.
Tetapi ibu yang bekerja harus membiarkan anaknya diasuh oleh orang lain,
sehingga mempunyai resiko lebih besar untuk terpapar dengan penyakit.
5)
Faktor Sosial Ekonomi
Sosial
ekonomi mempunyai pengaruh langsung terhadap faktor-faktor penyebab diare.
Kebanyakan anak mudah menderita diare berasal dari keluarga besar dengan daya
beli yang rendah, kondisi rumah yang buruk, tidak mempunyai penyediaan air
bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan.
2.2.3 Variabel
Tempat
1)
Faktor Lingkungan
Penyakit
diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Dua faktor yang
dominan, yaitu: sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan
berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak
sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia
yang tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan
kejadian penyakit diare (Depkes, 2005).Lingkungan yang dapat menjadi faktor
terjadinya penyakit diare adalah lingkungan dengan sanitasi yang buruk dan
penyediaan air bersih yang tidak memadai.
Jenis
lantai rumah tinggal mempunyai hubungan yang bermakna pula dengan kejadian diare pada anak balita, Hal ini
ditinjau dari jenis alas atau bahan dasar penutup bagian bawah, dinilai dari
segi bahan dan kedap air. Lantai dari
tanah lebih baik tidak digunakan lagi, sebab bila musim hujan akan lembab
sehingga dapat menimbulkan gangguan atau
penyakit pada penghuninya, oleh karena itu perlu dilapisi dengan lapisan yang
kedap air (disemen, dipasang keramik, dan teraso). Lantai dinaikkan kira-kira
20 cm dari permukaan tanah untuk mencegah masuknya air ke dalam rumah
(Notoatmodjo, 2003).
2)
Kondisi Pembuangan Kotoran di Rumah
Syarat
pembuangan kotoran yang memenuhi aturan kesehatan adalah tidak mengotori
permukaan tanah di sekitarnya, tidak mengotori air permukaan di sekitarnya,
tidak mengotori air dalam tanah di sekitarnya, dan kotoran tidak boleh terbuka
sehingga dapat dipakai sebagai tempat lalat bertelur atau perkembangbiakan
vektor penyakit lainnya.Jadi apabila sistem pembuangan kotoran (tinja) dalam
sebuah rumah tidak sehat maka akan menjadi faktor terjadinya penyakit diare.
2.2.4 Varabel
Waktu
1)
Musim Hujan
Musim
hujan dapat menimbulkan kejadian penyakit diare lebih tinggi karena musim hujan
akan menjadikan udara dan tanah menjadi lembab sehingga dapat menimbulkan
gangguan atau penyakit (kuman, virus, dan bakteri penyebab diare akan lebih
cepat berkembang). Selain itu semakin banyaknya genangan air dan banjir yang
telah tercemar dengan bakteri dari tinja seperti Escherichia Coli juga dapat
menyebabkan penyakit diare.
2)
Musim Kemarau
Musim kemarau
juga dapat menyebabkan terjadinya penyakit diare, terutama kemarau yang
berkepanjangan. Hal ini disebabkan karena pada musim kemarau yang
berkepanjangan dapat menyebabkan kekeringan dan kondisi ini akan menyebabkan
ketersediaan air bersih semakin sulit. Dengan terbatasnya air bersih maka
penggunaan air dengan kualitas yang tidak memenuhi standar kesehatan akan
menyebabkan penyakit diare.
2.2.5 Penyebab
Diare
Penyebab diare dapat
dibagi dalam beberapa faktor (Partawihardja,1991), antara lain:
1.
Faktor infeksi
a.
Infeksi enteral, yaitu infeksi saluran pencernaan
makanan yang merupakan penyebabutama diare, meliputi:
·
Infeksi bakteri: Vibrio cholera, Vibrio eltor, Vibrio parahemolyticus, Escherichia coli, Salmonella
typhi, Salmonella para typhi A/B/C,Shigella dysentriae, Shigella
flexneri,Clostridium perfrigens, Campilobacter (Helicobacter) jejuni,
Staphylococcus sp, Streptococcus sp, Yersinia intestinalis, Coccidiosis, dan sebagainya.
·
Infeksi virus: Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, Norwalk dan
lain-lain.
·
Infeksi parasit: Cacing (A.
lumbricodes, A. duodenale, N. americanus, T. trichiura, O. velmicularis, S.
stercoralis, T. saginata dan T. solium dan lain-lain), Protozoa
(Entamoeba hystolitica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis, Isospora
sp dan lain-lain), jamur (Candida
albicans).
b.
Infeksi parenteral, yaitu infeksi di luar alat
pencernaan makanan seperti: otitis media akut, tonsilitis/tonsilofaringitis,
bronkhopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat
pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.
2.
Faktor malabsorpsi
a.
Malabsorpsi karbohidrat (pada bayi dan anak yang
tersering adalah intoleransi laktosa)
b.
Malabsorpsi lemak
c.
Malabsorpsi protein
3.
Faktor makanan, yaitu makanan basi, beracun,
serta alergi terhadap makanan.
4. Faktor
psikologis, yaitu rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada orang
dewasa).
2.2.6 Penularan
Diare
Penderita diare
rotavirus dapat mengekskresi
virus dalam jumlah besar,
yang dapat menyebar
melalui tangan yang terkontaminasi. Rotavirus
merupakan virus yang
tahan terhadap berbagai lingkungan,
sehingga dapat ditularkan melalui berbagai
benda yang terkontaminasi, air,
maupun makanan. Pada iklim
tropis, rotavirus pada
tinja dapat bertahan hidup
sampai 2 bulan. Para
peneliti juga menduga bahwa
rotavirus dapat ditularkan
melalui udara, karena virus
ini juga terdeteksi
di sekresi saluran
nafas pada anak yang menderita infeksi rotavirus. Transmisi yang lebih
dominan adalah fekal-oral yaitu melalui food born diseases dan juga vector dari
serangga seperti lalat.
Faktor pada pejamu yang dapat meningkatkan insiden,
beberapa penyakit dan lamanya diare. Faktor-faktor tersebut adalah tidak
memberikan ASI sampai umur 2 tahun, kurang gizi, campak, imunodefisiensi atau
imunosupresi dan secara proposional diare lebih banyak terjadi pada golongan
balita
2.2.7 Jumlah
Penderita Diare
a.
Berdasarkan Riskesdas 2007
·
Prevalensi diare klinis adalah 9,0%
(rentang: 4,2% - 18,9%), tertinggi di Provinsi NAD (4,2%) dan terendah di DI
Yogyakarta (18,9%)
·
Berdasarkan kelompok umur, prevalensi
tertinggi diare terjadi pada anak balita (1-4 tahun) yaitu 16,7%.
·
Prevalensi laki-laki dan perempuan
hampir sama, yaitu 8,9% pada laki-laki dan 9,1% pada perempuan
·
Prevalensi diare lebih banyak di
perdesaan dibandingkan perkotaan, yaitu sebesar 10% di perdesaan dan 7,4 % di
perkotaan.
·
Diare cenderung lebih tinggi pada
kelompok pendidikan rendah dan bekerja sebagai petani/nelayan dan buruh yang
·
Penyebab kematian bayi (usia 29 hari-11
bulan) yang terbanyak adalah diare (31,4%).
·
Penyebab kematian anak balita (usia
12-59 bulan), terbanyak adalah diare (25,2%)
b. Berdasarkan
SDKI 2007
·
Persentase balita yang mengalami diare
adalah 13,7%.
·
Prevalensi diare tertinggi adalah pada
anak umur 12-23 bulan yaitu 20,7%.
·
Prevalensi diare sedikit lebih tinggi
pada anak laki-laki (14,8 %) dibandingkan dengan anak perempuan (12,5 %).
·
Prevalensi diare lebih tinggi pada
balita di perdesaan (14,9 %) dibandingkan dengan perkotaan (12,0 %).
·
Persentase anak balita yang diare dalam
2 minggu sebelum survei dibawa ke fasilitas atau tenaga kesehatan adalah 51%.
·
Hanya satu dari tiga (35%) anak yang
menderita diare diberi oralit.
2.2.8 Gejala
Diare
a. Perut mulas dan gelisah, suhu tubuh mungkin
meningkat, nafsu makan berkurang.
b. Sering buang air besar dengan
konsistensi tinja cair atau encer, kadang disertai wial dan wiata.
c. Warna tinja berubah menjadi
kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
d. Anus dan sekitarnya lecet karena
seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
e. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi,
turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran
mukosa kering dan disertai penurunan berat badan.
f. Perubahan tanda-tanda vital, nadi
dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut jantung cepat, pasien sangat
lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen, sopora komatus) sebagai akibat
hipovokanik.
g. Diuresis berkurang (oliguria sampai
anuria).
h. Bila terjadi asidosis metabolik
klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan dalam.
BAB
3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan
informasi berbasis masyarakat yaitu SKRT dan Riskesdas ditemukan prevalensi diare
dari tahun 2001-2007 cenderung meningkat pada semua kelompok umur. Berdasarkan
kelompok umur ditemukan peningkatan yang cukup tinggi baik pada bayi maupun
pada balita.
3.2 Saran
·
Diperlukan penyuluhan dan
bimbingan Hidup Bersih dan sehat, sesering mungkin sampai
masyarakat mempunyai kemampuan, kesadaran dan kemauan dalam membuat
jamban dan menggunakanya serta selalu hidup bersih dan sehat.
·
Petugas kesehatan Puskesmas dan jaringannya
harus selalu mengontrol semua sumber-sumber cemaran atau tempat-tempat hidup
dan berkembang bakteri penyebab diare agar selalu berada dalam batas ambang
yang tidak menimbulkan penyakit.
DAFTAR
PUSTAKA
Arum,
Tika Sekar. 2013. DKK Wonogiri Tetapkan KLB Kasus Diare Puhpelem. http://www.solopos.com/2013/05/15/dkk-wonogiri-tetapkan-klb-kasus-diare-puhpelem-406687,
diakses tanggal 9-9-2013
Depkes,
RI. 2005. Pedoman Pemberantasan Penyakit
Diare. Jakarta : Ditjen PPM dan PL
Depkes, RI. Buletin
Diare. www.depkes.go.id/downloads/Buletin%20Diare_Final(1).pdf, dikases pada 8-9-2013
Ngastiyah.
2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta:
EGC
Notoatmodjo,
S., 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta.
Partawihardja
S. 1991.Penatalaksanaan Dietetic
Penderita Diare Anak. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Soebagyo.
2008. Diare Akut Pada Anak. Surakarta : Universitas Sebelas Maret Press
http://www.smallcrab.com/anak-anak/671-8-faktor-penyebab-diare-pada-anak, diakses tanggal 9
september 2013
terimakasih untuk informasinya, sebenarnya klo dibiarkan tanpa di obati, penyakit apapun bisa menjadi berbahaya,
BalasHapusAda Obat Herbal Alami yang aman & efektif. Untuk Panggilan Cure Total +2349010754824, atau email dia drrealakhigbe@gmail.com Untuk Janji dengan (Dr.) AKHIGBE hubungi dia. Pengobatan dengan Obat Herbal Alami. Untuk: Demam Berdarah, Malaria. Menstruasi yang Nyeri atau Tidak Teratur. HIV / Aids. Penderita diabetes. Infeksi vagina. Keputihan Vagina. Gatal Dari Bagian Pribadi. Infeksi payudara. Debit dari Payudara. Nyeri & Gatal pada Payudara. Nyeri perut bagian bawah. Tidak Ada Periode atau Periode Tiba-tiba Berhenti. Masalah Seksual Wanita. Penyakit Kronis Tekanan Darah Tinggi. Rasa sakit saat berhubungan seks di dalam Pelvis. Nyeri saat buang air kecil. Penyakit Radang Panggul, (PID). Menetes Sperma dari Vagina Serta Untuk jumlah sperma rendah. Penyakit Parkinson. Lupus. Kanker. TBC Jumlah sperma nol. Bakteri Diare.Herpatitis A&B, Rabies. Asma. Ejakulasi cepat. Batu empedu, Ejakulasi Dini. Herpes. Nyeri sendi. Pukulan. Ereksi yang lemah. Erysipelas, Tiroid, Debit dari Penis. HPV. Hepatitis A dan B. STD. Staphylococcus + Gonorrhea + Sifilis. Penyakit jantung. Pile-Hemorrhoid. Rematik, tiroid, Autisme, pembesaran Penis, Pinggang & Nyeri Punggung. Infertilitas Pria dan Infertilitas Wanita. Dll. Ambil Tindakan Sekarang. hubungi dia & Pesan untuk Pengobatan Herbal Alami Anda: +2349010754824 dan kirimkan email ke drrealakhigbe@gmail.com Catatan Untuk Pengangkatan dengan (Dr.) AKHIGBE. Saya menderita kanker selama setahun dan tiga bulan meninggal karena sakit dan penuh patah hati. Suatu hari saya mencari melalui internet dan saya menemukan kesaksian penyembuhan herpes oleh dokter Akhigbe. Jadi saya menghubungi dia untuk mencoba keberuntungan saya, kami berbicara dan dia mengirimi saya obat melalui jasa kurir dan dengan instruksi tentang cara meminumnya. . Saya tidak benar-benar tahu bagaimana itu terjadi tetapi ada kekuatan dalam pengobatan herbal Dr Akhigbe. Dia adalah dokter jamu yang baik.
BalasHapus