Selat adalah makanan
khas solo yang merupakan buah dari penjajahan Belanda di bumi Surakarta.
Sejak benteng
Vastenburg dibangun, tepat di depan keraton surakarta, sering terjadi pertemuan
dan rapat antara pihak keraton dan pihak Belanda. Dalam setiap pertemuan itu,
pasti disediakan makanan. Nah, disitulah selera Belanda dan keraton tidak
pernah ketemu.
Jendral Belanda inginnya makan steak. Sedangkan makanan yang
isinya daging semua itu tidak cocok dengan selera raja yang masih suka nasi dan
sayur. Saat orang belanda ingin makan sayur, mereka mintanya salad. Sedangkan
raja tidak suka mayonaise yang penuh lemak itu. Disinilah keahlian dapur istana
diuji. Demi memenuhi selera Raja dan petinggi Belanda, koki dapur istana
menggabungkan kedua makanan tadi dengan bumbu-bumbu dan komposisi lokal.
Steak, biasanya
berisi daging sapi potongan besar dan beberap potong kentang goreng. Karena
Raja tidak biasa makan daging sebanyak itu, porsi daging dikurangi, seimbang
dengan porsi kentang. Daging tidak lagi dilumuri saus, tapi disiram kuah kecap
asin, asem, manis, semacam kuah empek-empek yang lebih akrab di lidah orang
Indonesia.
Hanya makan daging
dan kentang tentunya tidak sehat dan
tidak lengkap, harus ditambah sayur. Lalu dimasukkanlah komponen salad yang
terdiri dari selada, tomat, timun, buncis dan wortel. Karena raja tidak suka
mayonaise belanda yang penuh lemak trans, dibuatlah saus mayonaise dari kentang.
Makanan baru ini
terus dimodifikasi. Timun tidak lagi dimasukkan begitu saja sebagai komponen
salad, tapi diasinkan dulu, atau dibuat acar. Penambahan acar timun ternyata
membuat masakan semakin segar.
Makanan baru ini
sangat disukai oleh pihak Belanda. Merekapun memperkerjakan orang-orang pribumi
di markas nya. Masakan baru ini belum memiliki nama resmi. Tapi orang belanda
menyebutnya Salad jawa. Meski ada komponen steak atau daging didalamnya, tapi tidak
mendominasi sehingga tidak layak disebut steak. Menurut mereka lebih cocok
sebagai salad yang ditambah daging panggang.
Seiring perkembangan
zaman, koki dari dapur markas Belanda membawa resep salad jawa ke masyarakat.
Kata Salad bila diucapkan akan terdengar seperti saelad. Kata ini diucapkan
mulut ke mulut lewat lidah Indonesia, diterjemahkan dalam tulisan aksara jawa, dan
seiring perkembangan zaman diterjemahkan lagi dalam huruf alfabet. Jadilah
Selat seperti sekarang ini. Seiring perkembangan selat sebagai makanan pribumi, porsi daging semakin
dikurangi supaya lebih hemat sebagai gantinya, ditambah telur resbus yang lebih murah.
Pertama kali dengar
selat saya merasa aneh ada makanan namanya selat dari Solo. Padahal solo jauh
dari selat sunda atau selat madura. Solo tidak berbatasan dengan laut.
Ternyata, begitulah asal muasal Selat, makanan khas Solo.
Perlu diketahui,
cerita diatas hanya fiktif belaka, yang tiba-tiba terpikirkan begitu saya ambil
foto selat diatas ..
Gambar selat di atas
adalah selat mbak Lis yang katanya paling enak di Solo. Terletak di jalan ahmad yani, daerah serengan. Saya sih belum pernah
nyoba semua selat yang ada di Solo.. :)
Kirain sejarah beneran...
BalasHapusmakasih sudah berkunjung :)
Hapussorry ya bukan ahli sejarah, ahli mengarang hehehe..
Monggo ke Selad Mekarsari Solo
BalasHapusalaahhh, makanan nya menggoda gitu
BalasHapushttp://www.marketingkita.com/2017/08/wilayah-pemasaran-dalam-ilmu-marketing.html