Ada yang bilang,
dibawah sinar matahari, tidak ada yang baru. Begitupun masakan, kuliner khas,
pasti ada padanannya. Bukan plagiat tentu saja, hanya kalau pas kita makan,
jadi ingat masakan yang lain..
Thengkleng - gule
yang tidak pakai sate
Lotek - rujak yang
tidak pakai cingur
Timlo - bakso tidak
pakai pentol, isinya sosis solo
Sosis solo - dadar
isi daging ayam
Selat - steak,
salad, kuah empek-empek
Soto daging -
semacam sop yang isinya semacam daging saja
Arem-arem -
indonesia's kimbap. Lemper pake beras / lontong isi ikan
Nasi liwet - sego
gurih
- Thengkleng
Thengkleng
yang pertama kali saya makan adalah thengkleng Bu.Edi yang katanya paling enak
di Solo. Tempatnya di gapura sisi utara pasar klewer, kanan jalan. Mulai jual
diatas jam 1 siang. Pertama kali dapat thengkleng, dan saya coba kuahnya.. 'ini
gule'. Mungkin lidah saya tidak sepeka bondan winarno, jadi harap maklum.
Thengkleng disajikan di pincukan, nasi di dasar, ditutup organ bukan daging +
iga + tulangan kambing dan sesunduk daging kambing atau sesunduk jerohan.
Selama ini saya kenal gule ya sebagai pendamping sate. Meskipun saya menjadi
penggemar tulang gara-gara drama korea, saya belum pernah merelakan hanya makan
gule dan tulangannya saja tanpa sate.
Seporsi
thengkleng bu edi harganya Rp 20.000. Menurut saya agak mahal, karena ini gule
saja. Tambahlah sate barang 3 tusuk... :P
thengkleng Bu Edi |
- Lotek
Lotek,
sepenglihatan saya dijual di warung-warung yang juga menjual gado-gado dan atau
rujak. Teman saya yang berasal dari bekasi lebih cenderung bilang kalau lotek
itu gado-gado, sedangkan saya lebih cenderung ke rujak cingur, karena bumbunya
lebih mirip bumbu rujak. Isi atau sayurannya memang agak mirip gado-gado,
misalnya kubis yang tidak pernah saya temukan di rujak. Jadilah, gado-gado
bumbu rujak. Tapi, rujak yang satu ini, tidak pakai cingur dengn harga yang
lebih mahal dari yang pakai cingur. Memang sih, harganya hanya Rp 10000, tapi
saya jadi perhitungan banget, karena di dekat rumah saya di kecamatan Rambipuji
Kabupaten Jember, ada rujak cingur yang uenaknya terkenal ke seluruh penjuru
kabupaten. 1 porsi, kalau dimakan sendiri kebanyakan, kalau dibuat berdua
kurang puas. Cingurnya lumayan banyak, sampai capek ngunyah. Harganya hanya Rp
8000. saya jadi kangen sama Rujak cingur rambipuji, pinginnya dia buka cabang
di Solo, pasti cepet naik haji ;)
- Timlo
Setahu
saya timlo itu grup pelawak, hehehe..
Pertama
kali pesan timlo, ditanya : telur, rempela ati, sosis solo atau lengkap?.
Bingung kan? ga paham. Meskipun inginnya nyoba-nyoba, jangan paket lengkap ya.
Selain jadinya kekenyangan, juga jadi kemahalan. Timlo ini, makanan berkuah
yang kuahnya persis kuah bakso atau bakwan ya? 'menurut lidah awam saya, bukan
lidah bondan winarno'. Diisi seperti pilihannya tadi, telur, rempela ati, sosis
solo. Sambelnya, sambel petis, lalu dimakaan sebagai pendamping nasi. Mungkin
kalau diisi pentol bisa jadi bakso solo. Segitu aja tentang timlo si kuah bakso
solo.
- Sosis solo
Awalnya,
saya kira ini dadar, atau lumpia, atau telur gulung. Kata ibu penjual di
angkringan, namanya sosis solo. Semacam 3 makanan tadi yang isinya daging ayam
saja. Itulah kenapa namanya sosis. Pastinya lebih berdaging dari pada sosis
so*i*e. Sosis solo ini bisa jadi cemilan, lauk dan bahan isiannya timlo
- Selat
Cerita
lengkap selat ----> Sejarah Makanan Khas Solo : Selat
- Soto daging
Betapa
namanya soto di solo itu murah-murah. Dengan harga rp 2500 saja, sudah bisa
bilang jual soto daging. Saya pikir daging apa? Jangan-jangan daging antah
berantah. Ternyata daging sapi. Akhirnya saya nyoba. Asal saja di warung
pinggir jalan. Harganya Rp 4000. nggak tega mau coba yang Rp 2500. Soto nya
bening. Setahu saya namanya soto itu kuning. Ternyata soto kuning dis Solo itu
cuma soto lamongan.
Kalau
di jember soto disaajikan di mangkok besar, bahkan kadang sampai nasi dan
sotonya dipisah karena nggak muat, disini soto hadir dalam porsi mini. Dengan
mangkuk seukuran mangkuk bakso waktu prasmanan (sedikit lebih besar dari
mangkoknya es). Pantas saja harganya murah. Isiny daging, yang bagian bukan
bener-bener dagingnya, seperti kalau kita beli rawon yang agak murah. Ditambah
sayur kecambah. Sotonya seger, hampir seperti sop lah..
- Arem-arem
Arem-arem
pertama yang saya makan persis seperti lontong di isi ayam. Hanya begitu saja.
Yang pertama kali terpikirkan adalah ini jajan lemper gagal. Kali ke dua saya
ke sebuah acara, dan dapat arem-arem lagi, belum apa-apa saya sudah negatif thingking sama arem-arem. Kenapa sih,
lemper gagal ini selalu ada di menu jajanan solo. Kok ya orang solo suka banget
sama jajan yang satu ini. Dan.. Ternyata arem-arem itu enak. Arem-arem yang
benar, lebih dari sekedar lontong, lontongnya berbumbu. Isinya bisa ayam, ikan,
dan lain-lain. Yang paling enak yang pernah saya makan, isinya sarden. Menurut
saya arem-arem ini sangat bervariasi dari rasa dan harga. Tapi kalau yang
dibawah 2000 sih, kayaknya ya kurang enak hehehe. Dan sekarang saya jadi
ketagihan berburu arem-arem enak. Saya sampai ke kesimpulan, lebih banyak
arem-arem enak, dari pada nggak enak. Tapi yang super enak, masih belum ketemu.
Jadi setiap liat arem-arem, nggak tahan mau nyoba. Arem-arem banyak di jual di
warung jajanan pasar dan angkringan se Solo Raya.
Arem-arem
ini menurut saya semacam kimbab (nasi
gulung korea) atau sushi nya jepang
versi Nusantara. Sama dari beras, bentuknya lonjong, ada isinya, dibungkus
daun. Kalau sushi atau kimbap pakai daun rumput laut, arem-arem pakai
daun pisang hehe. Sayangnya daun pisangnya nggak bisa sekalian dimakan, terlalu
alot. Saya bayangkan, kalau arem-arem
ini dibungkus nori, dan dipotong-potong, bisa jadi se elit sushi atau kimbap.
- Nasi liwet
Nasi
dengan rasa/bumbu. Kalau di jember, saya kenalnya nasi gurih. Agak mirip lah
ya. Tapi nasi liwet ini lebih meriah, ada semacam santen, semacam tahu, ayam
suwir-suwir atau telur rebus dan sayur santen labu. Harga juga macem-macem. Ada
yang 3 ribu, seukuran sego kucing dan ada yang sampe 7 ribu. Meskipun begitu,
saya belum pernah menemukn nasi liwet nggak enak, meskipun yang murah. Mungkin
karena lidah saya nasi banget ya.. Jadi nggak perlu ragu, mampir dimana aja,
yang tertulis jual nasi liwet.
Di
daerah asal saya, Jember, kuliner solo yang paling terkenal adalah bakso solo.
Tapi disini, jarang ada bakso, ada pun belum nemu yang enak. Lebih enak bakso
solo yang bukan di solo. Hehehe
Mohon
maaf kalau ceritanya kurang jelas, kurang bermutu, dan menyinggung. Sungguh
saya tidak sedang macak jadi bondan winarno. Saya cuma orang jember yang
beruntung tinggal di solo, dengan lidah gampangan dan kantong pas pasan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar