Minggu, 24 November 2013

Catatan Perjalanan Pendaki Amatir 2 : Merbabu


 Mendaki gunung  untuk yang ke 2 kali tidak membuat saya jadi sedikit kelihatan lebih profesional, tapi malah membuat saya semakin tampak amatiran..

Pendakian ke 2 saya adalah ke gunung merbabu via wekas. Acara pendakian massal yang diadakan tim bantuan medis dan pecinta alam FK UNS.

Rombongan pendakian massal tiba di pos 1, basecamp terakhir yang bisa dijangkau dengan kendaraan, sekitar jam 2 siang. Disana kami makan, sholat dan bersiap2 berangkat. Sekitar jam 15.15 kelompok pertama berangkat. Selang 15 menit kelompok 2 berangkat. Lalu tibalah waktunya kelompok saya, kelompok 3 untuk berangkat jam 16.00.
Kelompok 3

Awalnya jalan yang kami lalui berpaving, sekitar 15 menit. Tapi itu saja sudah menanjak, seperti tanjakannya ijen. Maaf kalau selanjutnya saya terus membanding-bandingkan dengan ijen. Karena saya tahunya cuma gunung ijen.
Masih bisa tersenyum
Setelah jalan paving, mulai masuk hutan rimbun. Tanjakan tetap curam yang tiada akhir. Hari semakin gelap, udara semakin dingin. Kulit saya terasa dingin, tapi di dalam tubuh saya terasa panas. Jantung saya berdetak cepat dan keras sekali. Mungkin karena tidak pernah olahraga, saya sendiri takut tiba-tiba serangan jantung.

Setelah hutan rimbun, masuk ke hutan lebat. Dan malam, benar-benar sudah datang. Harus benar-benar hati-hati jalan hanya dari cahaya lampu senter. Belum lagi jalan yang sering menjadi sempit, becek atau terlalu curam, sampai harus merangkak. Sangat terasa, hampir 3 jam kita berjalan, tapi belum juga sampai. Pundak rasanya mau robek karena membawa ransel lengkap, apalagi teman-teman yang bawa carrier, nggak kebayang rasanya. Rasanya serba salah, mau beristirahat, jadi kedinginan, mau terus berjalan rasanya tidak kuat. Ketua kelompok kami berulang kali mengingtkan '30 menit lagi pos2', setiap 15 menit. Palsu !!
Mulai capek

Sekitar jam 19.00, rombonngan kel 3 sampai juga di pos 2. udara bener-bener dingin. Pos  2 yang bentuknya semacam lapangan, membuat angin lebih senang berhembus kencang-kencang. Kelompok kami mempersipkan makan. Air panas yang dimasak tidak berthan lama untuk tetap panas, bara api jadi hangat, panci panas bisa dipegang dengan tangan kosong. Tapi ada pemandangan yang mengagetkan saya, salah satu rombongan yang entah dari mana, memutuskan untuk tidak nge camp di pos 2 malam itu. Mereka lanjut jalan, dan si ketua rombongan Cuma memakai kaos model singlet. OK, wow, jaket saya sudah dobel, lengkap dengan sarung tangan dan kaos kaki, itu pun rasanya saya masih mau hipotermi. Tidur dalam sleeping bag di tenda, dan tindih2 an kaki dengan kakak, saya masih nggak bisa tidur nyenyak, kedinginan. Keesokan dini harinya, seorang panitia bilang bahwa kita beruntung karena malam ini adalah malam terhangat. Shock !!
sholat sambil kedinginan

Sekitar jam 02.00 kami dibangunkan, untuk bersiap-siap. Lagi -lagi telat, seharusnya kami berangkat jam 00.00. tapi mau bagiamana lagi, saya juga merasa terlalu capek. Kali ini saya tidak membawa barang apa-apa. Masing-masing kelompok hanya membawa 2 carrier berisi jas hujan, makanan dan obat-obatan. Meski terlambat, katanya kita masih bisa melihat sunrise di atas bukit sana, pos Helipad. Puncak bukitnya terlihat dari tempat kami mulai berjalan. Kelihatannnya tidak akan lama. Tapi nyatanya jauh.. Jalan semakin sempit, curam dan tidak beraturan. Beberapa teman sudah mulai sakit, ada yang kakinya sakit karena mungkin kecapekan, ada yang mual mungkin karena masuk angin. Ada yang sudah ingin menyerah saja. Untungnya tidakjadi menyerah, semua lanjut  :)
nyaris putus asa

Sampai langit terang, kami belum sampai di pos helipad. Tnjakan terakhir !', ketua kelompok saya memberi semanagat. Dan tampaknya memang tanjkan terakhir, karena saya tidak melihat lagi bagian yang lebih tinggi, hanya langit diatasnyaa. Tapi tanjakannya itu benar-benar sekitar 80 derajat. Berpegangan batu,, rumput, akar tanaman dan apapun yang bisa dipegang + bantuan teman yang sudah diatas, susah payah, saya berhasil melewati yang katanya tanjakan terakhir.
tarik !!

Dibalik tanjakan itulah pos helipad, tanah lapang datar. Kami sudah berada di atas awan. Dari sana terlihat gunung - gunung lain yang saya tidak tahu namanya. Menikmati dulu pemandangan matahari terbit yang sedikit terlambat dengan foto-foto. Saking kencenganya angin, cukup susah ambil foto yang tidak blur karena goyang.

Kesenangan di pos helipad hanya sesaat. Karena dari situlah terlihat jalan selanjutnya yang harus kami lalui masih panjang. Puncak selanjutnya terlihat di kejauhan, di ketinggian. Beruntung langit cerah. Awan tipis berarak cepat dari balik puncak, kontras dengan birunya langit, persis seperti langit di acara teletubbies. Kami pun lanjut berjalan lagi, berusaha untuk tidak terlalu sering berhenti istirahat.
Track selanjutnya adalah berjalan dengan pinggiran jurang sabana. Untungnya jalan menanjak nya tidak aneh-aneh, tidak terlalu curam karen berkelok-kelok.

Dan dibalik tikungan tertinggi saya melihat pemandangan yang menguras semangat.  Sebuah tanjakan yang jauh lebih curam. Orang-orang yang mendakinya terlihat sangat kecil. Mendekati tanjakan itu semakin terlihatlah bahwa tanjakannya sangat tidak rata dan berbatu besar -besar. Saya harus merangkak di beberapa tempat, berusaha mendorong tubuh ke atas dengan kekuatan kaki dan tangan. Berusaha memilih jalur yang paling mudah, berusaha berpegang pada sesuatu yang kokoh, dan berusaha untuk tidak tergelincir. Dan sampailah saya di puncak untuk sekian kalinya.
masih sejauh itu :(
istirahat dulu, hanya foto-foto yang bisa menghibur

Saya berada diantara 2 puncak yang lebih tinggi. Mungkin ini yang dimaksud merbabu memiliki banyak puncak. Rombongan kami memilih puncak yang ke kanan, yang dari kelihatannya saja sudah lebih tinggi dari puncak di kiri.  Track selanjutnya semakin lama semakin sempit, bahkan hanya jalan setapak berkelok-kelok dengan sisi kiri jurang. Bila berpapasan dengan pendaki yang turun, salah satu harus berhenti jalan dan merapat ke sisi kanan. Kemudian berjalan diantara lembah, seperti melewati  jembatan. Selanjutnya saya tidak melihat jalan. Hanya sebuah tebing yang benar-benar harus dilewati seperti wall climbing. Untungnya tidak climbing, kita berjalan ke samping. Setelah menelusri tebing batu yang tegak lurus, masih harus lagi mengangkat tubuh diantara jalanan batu dan tanah dengan kemiringan 45-90 derajat. Barulah kita sampai di puncak sebenarnya yang kita tuju Kentheng Songo.
Merayap, untungnya tidak panjang

Puncak Kentheng Songo

Bagaimana rasanya? Lega luar biasa. Capek bekurang setengahnya. Sayangnya cuaca saat itu berkabut tebal. Pasti kami berada di dalam awan hehehe. Kadang kabut hilang, dan itulah waktu yang sangat ditunggu-tunggu, semua berebut foto dengan backround gunung merapi :)
Puncak merapi dari punck merbabu

Total perjalanan naik dari pos 2 sampai kentheng songo adalah 6 jam. Harap maklum karena kita pendaki matir. Perjalanan turun ke pos 2 sekitar 2 jam. Dari pos 2 ke pos 1 sekitar 1 jam.
naik merangkak turun merosot

Saya cukup bangga bisa menyelesaikan merbabu yang diluar perkiraan saya. Dengan referensi gunung yang hanya ijen, saya ingin bilang bahwa merbabu itu 4 kalinya ijen. Saya kapok ke merbabu atau mungkin juga kapok ke gunung yang lebih susah dari merbabu. Tapi seperti lombok yang membuat kita kepedesan dan kapok, kita tetap saja menambahkan lombok dalam masakan hehehe

Saya menyarankan 2 hal untuk sesama pendaki amatir jika ingin ke merbabu. Yang pertama jangan mndaki lewat wekas, mendakilah lewat Selo yang katanya jalannya lebih mudah. Yang kedua jangan jalan hanya dengan sesama pendaki amatir, Ini bukan darmawisata.

Saya menyadari 2 hal di merbabu sebagai pendaki amatir. Yang pertama bahwa ungkapan '2 tikungan lagi' untuk tikungan ke kanan dan ke kiri, yang sering saya dengar di ijen, ternyata bukan ungkapan khas semua pendaki.  Ada pendaki yang saya guyoni seperti itu, malah dianggap serius. Yang kedua adalah bahwa gunung -gunung Di Jawa Timur yang paling terkenal dan letaknya berdekatan sungguh indah dan mudah. Bromo dengan golden sunrise, ijen dengan blue fire, keduanya bisa didaki dengan berjalan saja. Bandingkaan dengan merbabu yang keindahannya belum terdefinisi. Lalu ada gunung semeru yang meski sangat susah tapi dia lah puncak tertinggi jawa. Jika sudah mendakinya, rasanya sudah bisa koar-koar dengan bangga diantara para pendaki dari Jawa Timur sampai Banten.  Gunung di Jawa Timur memang paling istimewa :D

Beberapa foto yang sayang bila hanya disimpan :

edelweiss

awan

puncak

puncak lagi


puncak juga




3 komentar:

  1. duuuh kudu summit mbek kamu lg nih cak. ayo melu lek nanjak lagi :))
    btw aku ga pake blogspot nih, anonymous aje yeee

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    2. ayo.. dengan senang hati dan berat kaki

      Hapus