M
endaki gunung untuk yang ke 2 kali tidak membuat saya jadi
sedikit kelihatan lebih profesional, tapi malah membuat saya semakin tampak
amatiran..
Pendakian ke 2 saya
adalah ke gunung merbabu via wekas. Acara pendakian massal yang diadakan tim
bantuan medis dan pecinta alam FK UNS.
Rombongan pendakian
massal tiba di pos 1, basecamp terakhir yang bisa dijangkau dengan kendaraan,
sekitar jam 2 siang. Disana kami makan, sholat dan bersiap2 berangkat. Sekitar
jam 15.15 kelompok pertama berangkat. Selang 15 menit kelompok 2 berangkat. Lalu
tibalah waktunya kelompok saya, kelompok 3 untuk berangkat jam 16.00.
|
Kelompok 3 |
Awalnya jalan yang
kami lalui berpaving, sekitar 15 menit. Tapi itu saja sudah menanjak, seperti
tanjakannya ijen. Maaf kalau
selanjutnya saya terus membanding-bandingkan dengan ijen. Karena saya tahunya cuma gunung ijen.
|
Masih bisa tersenyum |
Setelah jalan
paving, mulai masuk hutan rimbun. Tanjakan tetap curam yang tiada akhir. Hari
semakin gelap, udara semakin dingin. Kulit saya terasa dingin, tapi di dalam
tubuh saya terasa panas. Jantung saya berdetak cepat dan keras sekali. Mungkin
karena tidak pernah olahraga, saya sendiri takut tiba-tiba serangan jantung.
Setelah hutan
rimbun, masuk ke hutan lebat. Dan malam, benar-benar sudah datang. Harus
benar-benar hati-hati jalan hanya dari cahaya lampu senter. Belum lagi jalan
yang sering menjadi sempit, becek atau terlalu curam, sampai harus merangkak.
Sangat terasa, hampir 3 jam kita berjalan, tapi belum juga sampai. Pundak
rasanya mau robek karena membawa ransel lengkap, apalagi teman-teman yang bawa
carrier, nggak kebayang rasanya. Rasanya serba salah, mau beristirahat, jadi
kedinginan, mau terus berjalan rasanya tidak kuat. Ketua kelompok kami berulang
kali mengingtkan '30 menit lagi pos2', setiap 15 menit. Palsu !!
|
Mulai capek |
Sekitar jam 19.00,
rombonngan kel 3 sampai juga di pos 2. udara bener-bener dingin. Pos 2 yang bentuknya semacam lapangan, membuat
angin lebih senang berhembus kencang-kencang. Kelompok kami mempersipkan makan.
Air panas yang dimasak tidak berthan lama untuk tetap panas, bara api jadi
hangat, panci panas bisa dipegang dengan tangan kosong. Tapi ada pemandangan
yang mengagetkan saya, salah satu rombongan yang entah dari mana, memutuskan
untuk tidak nge camp di pos 2 malam itu. Mereka lanjut jalan, dan si ketua
rombongan Cuma memakai kaos model singlet. OK, wow, jaket saya sudah dobel,
lengkap dengan sarung tangan dan kaos kaki, itu pun rasanya saya masih mau
hipotermi. Tidur dalam sleeping bag di tenda, dan tindih2 an kaki dengan kakak,
saya masih nggak bisa tidur nyenyak, kedinginan. Keesokan dini harinya, seorang
panitia bilang bahwa kita beruntung karena malam ini adalah malam terhangat.
Shock !!
|
sholat sambil kedinginan |
Sekitar jam 02.00
kami dibangunkan, untuk bersiap-siap. Lagi -lagi telat, seharusnya kami
berangkat jam 00.00. tapi mau bagiamana lagi, saya juga merasa terlalu capek.
Kali ini saya tidak membawa barang apa-apa. Masing-masing kelompok hanya
membawa 2 carrier berisi jas hujan, makanan dan obat-obatan. Meski terlambat,
katanya kita masih bisa melihat sunrise di atas bukit sana, pos Helipad. Puncak
bukitnya terlihat dari tempat kami mulai berjalan. Kelihatannnya tidak akan
lama. Tapi nyatanya jauh.. Jalan semakin sempit, curam dan tidak beraturan.
Beberapa teman sudah mulai sakit, ada yang kakinya sakit karena mungkin
kecapekan, ada yang mual mungkin karena masuk angin. Ada yang sudah ingin
menyerah saja. Untungnya tidakjadi menyerah, semua lanjut :)
|
nyaris putus asa |
Sampai langit
terang, kami belum sampai di pos helipad. Tnjakan terakhir !', ketua kelompok
saya memberi semanagat. Dan tampaknya memang tanjkan terakhir, karena saya
tidak melihat lagi bagian yang lebih tinggi, hanya langit diatasnyaa. Tapi
tanjakannya itu benar-benar sekitar 80 derajat. Berpegangan batu,, rumput, akar
tanaman dan apapun yang bisa dipegang + bantuan teman yang sudah diatas, susah
payah, saya berhasil melewati yang katanya tanjakan terakhir.
|
tarik !! |
Dibalik tanjakan
itulah pos helipad, tanah lapang datar. Kami sudah berada di atas awan. Dari
sana terlihat gunung - gunung lain yang saya tidak tahu namanya. Menikmati dulu
pemandangan matahari terbit yang sedikit terlambat dengan foto-foto. Saking kencenganya angin, cukup susah ambil foto
yang tidak blur karena goyang.
Kesenangan di pos
helipad hanya sesaat. Karena dari situlah terlihat jalan selanjutnya yang harus
kami lalui masih panjang. Puncak selanjutnya terlihat di kejauhan, di
ketinggian. Beruntung langit cerah. Awan tipis berarak cepat dari balik puncak,
kontras dengan birunya langit, persis seperti langit di acara teletubbies. Kami
pun lanjut berjalan lagi, berusaha untuk tidak terlalu sering berhenti
istirahat.
Track selanjutnya
adalah berjalan dengan pinggiran jurang sabana. Untungnya jalan menanjak nya
tidak aneh-aneh, tidak terlalu curam karen berkelok-kelok.
Dan dibalik tikungan
tertinggi saya melihat pemandangan yang menguras semangat. Sebuah tanjakan yang jauh lebih curam.
Orang-orang yang mendakinya terlihat sangat kecil. Mendekati tanjakan itu
semakin terlihatlah bahwa tanjakannya sangat tidak rata dan berbatu besar
-besar. Saya harus merangkak di beberapa tempat, berusaha mendorong tubuh ke
atas dengan kekuatan kaki dan tangan. Berusaha memilih jalur yang paling mudah,
berusaha berpegang pada sesuatu yang kokoh, dan berusaha untuk tidak
tergelincir. Dan sampailah saya di puncak untuk sekian kalinya.
|
masih sejauh itu :( |
|
istirahat dulu, hanya foto-foto yang bisa menghibur |
Saya berada diantara
2 puncak yang lebih tinggi. Mungkin ini yang dimaksud merbabu memiliki banyak
puncak. Rombongan kami memilih puncak yang ke kanan, yang dari kelihatannya
saja sudah lebih tinggi dari puncak di kiri.
Track selanjutnya semakin lama semakin sempit, bahkan hanya jalan
setapak berkelok-kelok dengan sisi kiri jurang. Bila berpapasan dengan pendaki
yang turun, salah satu harus berhenti jalan dan merapat ke sisi kanan. Kemudian
berjalan diantara lembah, seperti melewati
jembatan. Selanjutnya saya tidak melihat jalan. Hanya sebuah tebing yang
benar-benar harus dilewati seperti wall climbing. Untungnya tidak climbing,
kita berjalan ke samping. Setelah menelusri tebing batu yang tegak lurus, masih
harus lagi mengangkat tubuh diantara jalanan batu dan tanah dengan kemiringan
45-90 derajat. Barulah kita sampai di puncak sebenarnya yang kita tuju Kentheng
Songo.
|
Merayap, untungnya tidak panjang |
|
Puncak Kentheng Songo |
Bagaimana rasanya?
Lega luar biasa. Capek bekurang setengahnya. Sayangnya cuaca saat itu berkabut
tebal. Pasti kami berada di dalam awan hehehe. Kadang kabut hilang, dan itulah
waktu yang sangat ditunggu-tunggu, semua berebut foto dengan backround gunung
merapi :)
|
Puncak merapi dari punck merbabu |
Total perjalanan
naik dari pos 2 sampai kentheng songo adalah 6 jam. Harap maklum karena kita
pendaki matir. Perjalanan turun ke pos 2 sekitar 2 jam. Dari pos 2 ke pos 1
sekitar 1 jam.
|
naik merangkak turun merosot |
Saya cukup bangga bisa menyelesaikan merbabu yang diluar
perkiraan saya. Dengan referensi gunung yang hanya ijen, saya ingin bilang
bahwa merbabu itu 4 kalinya ijen. Saya kapok ke merbabu atau mungkin juga kapok
ke gunung yang lebih susah dari merbabu. Tapi seperti lombok yang membuat kita
kepedesan dan kapok, kita tetap saja menambahkan lombok dalam masakan hehehe
Saya menyarankan 2 hal untuk sesama pendaki amatir jika ingin ke merbabu. Yang pertama jangan mndaki lewat wekas, mendakilah lewat Selo yang katanya jalannya lebih mudah. Yang kedua jangan jalan hanya dengan sesama pendaki amatir, Ini bukan darmawisata.
Saya menyadari 2 hal di merbabu sebagai pendaki amatir. Yang pertama bahwa ungkapan '2 tikungan lagi' untuk tikungan ke kanan dan ke
kiri, yang sering saya dengar di ijen, ternyata bukan ungkapan khas semua pendaki. Ada pendaki yang saya guyoni seperti itu,
malah dianggap serius. Yang kedua adalah bahwa gunung -gunung Di Jawa Timur
yang paling terkenal dan letaknya berdekatan sungguh indah dan mudah. Bromo
dengan golden sunrise, ijen dengan blue fire, keduanya bisa didaki dengan berjalan saja.
Bandingkaan dengan merbabu yang keindahannya belum terdefinisi. Lalu ada gunung
semeru yang meski sangat susah tapi dia lah puncak tertinggi jawa. Jika sudah
mendakinya, rasanya sudah bisa koar-koar dengan bangga diantara para pendaki
dari Jawa Timur sampai Banten. Gunung di
Jawa Timur memang paling istimewa :D
Beberapa foto yang sayang bila hanya disimpan :
|
edelweiss |
|
awan |
|
puncak |
|
puncak lagi |
|
puncak juga |
duuuh kudu summit mbek kamu lg nih cak. ayo melu lek nanjak lagi :))
BalasHapusbtw aku ga pake blogspot nih, anonymous aje yeee
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Hapusayo.. dengan senang hati dan berat kaki
Hapus