a very recommended book, no spoiler
Film Hunger Games : Mockingjay Part 1, telah meyakinkan aku untuk menaikkan level Hunger Games dari urutan ke 4 series favoritku menjadi urutan ke-3, menggeser Seri Negeri 5 menara. Posisi pertama dan kedua tetap ditempati Harry Potter dan Laskar Pelangi.
Film Hunger Games : Mockingjay Part 1, telah meyakinkan aku untuk menaikkan level Hunger Games dari urutan ke 4 series favoritku menjadi urutan ke-3, menggeser Seri Negeri 5 menara. Posisi pertama dan kedua tetap ditempati Harry Potter dan Laskar Pelangi.
Harry Potter dan
Laskar pelangi telah membuktikan diri sebagai series yang adiktif, mengaduk
emosi, unik, inspiratif dan lain sebagainya yang bagus-bagus. Filmnya pun
dibuat dengan sama bagusnya. Aku masih ingat keluar dari bioskop, diliatin
orang - orang di Sutos, terus naik becak dengan mata merah dan sembab setelah
nonton laskar pelangi *malu-maluin*. Sayangnya, Edensor dan Maryamah Karpov
belum membuktikan dirinya, sehingga Laskar pelangi masih belum bisa naik
tingkat ke urutan pertama :)
Negeri 5 menara,
sayangnya harus tergeser setelah rilis filmnya yang cukup mengecewakan.
Kekecewaan itu sudah aku bahas disini. Bersaing dengan negeri 5 menara, inilah
Hunger Games. Novel dengan latar belakang post apocalypse pertama yang aku
baca. Dengan games aneh yg menyeramkan, intrik politik dan kebohongan,
sentuhaan filosofi perang dan perdamaian, protagonis yang menyedihkan,
membingugkan dan penuh perjuangan plus seporsi drama yang menyegarkan. Hmmm
nikmat,, nikmat :)
Seri pertama dan kedua yaitu Hunger Games dan Catching
Fire sudah di filmkan dengan sangat baik menurutku. Di bukunya kita cuma punya
sudut pandang Katniss, tapi di film nya kita punya sudut pandang orang ke tiga
diluar cerita, jadi lebih seru. Penggambaran Panem dan arena games dari seorang
sutradara jelas melampaui hayalanku. Semua scene penting sudah masuk, pelengkap
imajinasi.
Memasuki seri ke 3
filmnya, ada kabar Mockingjay akan dibagi dalam 2 Part. Yah, tren ini mulai
muncul sejak Harry Potter Deathly Hallows, diikuti Twilight, bahkan film
Indonesia seperti Perahu Kertas dan 99 Cahaya di Langit Eropa juga jadi 2 part.
Sebelum menonton aku
niatkan membaca dulu novelnya. Dan aku
setuju-setuju saja kalau akhirnya Mockingjay dibagi dalam 2 part. Novel ini
memang terasa ada dua bagian, sebelum Peeta dan setelah Peeta.
Sejujurnya aku agak
kecewa dengan versi bukunya, Mockingjat terlalu suram. Pemberontakan dan perang
semakin intens. Dramanya mana? Aku nggak berharap akan ada drama sebanyak di
drama korea. Tapi semakin dibaca kok semakin nggak ada. Katniss dan Gale kelihatannya
tidak mungkin ada perkembangan, bahkan setelah Peeta muncul, Peeta malah
stress. Selama membaca, aku agak terburu-buru *meski tanpa melewatkan satu
halamanpun* demi melihat Peeta sadar dan kemabalinya drama Peeta Katniss. Tapi
apa? Nggak ada. Stress sampai akhir. Memang wajar dan rasional kalau Peeta
sulit kembali normal, tapi aku nggak keberatan muncul kejaiban supaya ceritanya
jadi sedikit lebih cerah. Bahkan penggambaran hubungan Peeta Katniss setelah
pemberontakan berhasil pun tidak memuaskan kelaparan drama ku. Terlalu Suram.
Itu saja masalahnya.
Review dari beberapa
teman, Film Mockingjay tidak sebagus Hunger Games dan Cactching Fire. Aku pikir wajar, novelnya
juga begitu. Meski telat banget, akhirnya aku nonton film nya baru-baru ini.
Bajakan saja, hehe sorry ... Ternyata aku nggak kecewa sama sekali. Malah suka
banget plus jadi suka novelnya juga. Aku nggak menyangka, Presiden Coin
ternyata perempuan, hahaha. Hebat !!
Versi film terasa
tidak sesuram bukunya, meskipun bumbu dramanya sama - sama tidak ada. Yah, sang
sutradara memang pernah menjanjikan bahwa film ini tak akan sesuram novelnya.
Dalam novel, sebagian besar adalah monolog Katniss yang sedang stress berat, pembaca
pun ikut stress. Tapi di film, tidak ada monolog. Iklan propaganda yang dibut,
benar-benar menggetarkan hati, kesedihan dan semangat pemberontakan dari rakyat
sangat terasa. Bukunya menjelaskan lebih banyak perasaan, dan filmnya
menggambarkan keadaannya. Dengan membayangkan perasaan waktu membaca bukunya,
dan gambaran keadaan pemberontakan, air mata pun tidak tertahan sejak Katnis
datang ke distrik 8.
Lagu 'Are You Coming
to The Tree' menjadi sangat menempel dalam ingatan. Padahal waktu aku baca
dibukunya perasaanku biasa saja, dan cenderung nggak paham, padahal versi novel
memberi penjelasan makna lagunya. Sedangkan di film, lagu ini dinyanyikan dengan
nada yang sedih, suara Katniss yang seperti berbisik dan lyric yang benar. Lagu
itu jadi semacam mantra. Maknanya tersampaikan begitu saja. Nangis lagi begitu
paham :'(
Mockingjay Part 1
sudah sukses, menjadikan Hunger Games sebagai series favorit ku No 3. Aku
yakin, part 2 nya nggak akan kalah bagusnya. Sisi lain, sisi menakutkan dari
keberpihakan dalam suatu perang akan menyamarkan baik dan jahat. Selamat
menanti :)
Berikut ini lirik
Are You Coming To The Tree, aku lupa lirik Indonesia versi novelnya karena waktu itu nggak terlalu paham.
Are you, are you
coming to the tree?
They strung up a
man, they sey who murdered three
Strange things did
happened here
No stranger would it
be, if we met at midnight in the hanging tree
Are you, are you
coming to the tree?
Where dead man
called out for his love to flee
Strange things did
happened here
No stranger would it
be, if we met at midnight in the hanging tree
Are you, are you
coming to the tree?
Where I told you tu
run so we both be free
Strange things did
happened here
No stranger would it
be, if we met at midnight in the hanging tree
Are you, are you
coming to the tree?
Wear a necklace of
rope (hope) side by side with me
Strange things did
happened here
No stranger would it
be, if we met at midnight in the hanging tree
Lagu yang putus asa
terhadap ketidakadilan. Seperti yang dirasakan rakyat Panem. Pilihaannya hidup
dalam keanehan dan ketidakadilan atau bersama menuju kebebasan, meski harus
lewat kematian. Revolusi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar