Sekar masuk kelas
dengan agak lunglai. Matanya sedikit sembab. Aku sudah tahu sedikit ini masalah
apa. Dia akhirnya putus dengan pacarnya. Padahal ini rekor bagi Sekar dalam
menjalin hubungan. Yah, 1 tahun itu yang terlama. Aku sungguh menyayangkan,
meskipun aku tahu ini pasti terjadi sejak awal mereka pacaran. Bukannya aku
mendoakan yang tidak baik, tapi waktu itu kita masih kelas 2 SMP. Apa yang
harusnya aku bayangkan akan terjadi di ujung percintaan anak SMP? Menikah?
Masih terlalu jauh. Kecuali aku di lingkungan desa yang menikahkan anaknya
setamat SD.
"Hei, Sekar,
puk..puk.. Senyum dikit dong.. Ini kan pelajaran olahraga. Ngelihatin Pak Putra
yang keren aja yuk", aku berusaha sedikit menghibur dengan tidak bermutu.
Sekar tersenyum, hambar. Aku bisa merasakan aura abu-abu bergaris yang dipancarkan
Sekar, dan rasanya aku bisa tersedot.
Sama seperti
kebanyakan pelajaran olah raga, hari ini isinya cuma main-main dan leyeh-leyeh.
Semua anak laki-laki bermain sepak bola, anak perempuan yang bersemangat
bermain kasti, anak perempuan yang malas dan galau duduk di warung pinggir
lapangan, makan,minum dan berggosip. Disinilah seharusnya sesi girl's talk untuk menghilangkan aura
abu-abunya sekar dimulai.
"cowok nggak
cuma si Tomi, dia tuh yang rugi putus sama kamu ", aku mulai pembicaraan.
"iya
bener", Sekar coba tersenyum. "Tapi kita udah lama banget . Nggak
semudah itu ngelupainnya. Perjuangan kita mempertahankan ini. Pasti si Kristin
seneng deh kita putus".
Kristin itu selama
ini digosipin dekat dengan Tomi karena mereka satu Gereja. Kristin sering jadi
bahan pertengakaran Sekar dan Tomi. Aku putar otak mau ngomong apa
lagi,"menurutmu Kristin ada hubungannya?"
"Nggak tahu
juga. Menurutmu gimana, kalau alasan Tomi putus kayak gitu, apa mungkin Kristin
nggak ada hubungannya?". Sekar melanjutkan,"Selalu kayak gini,aku
yang diputusin. Aku emang nggak bisa mutusin cowok, gimanapun aku masih cinta"
Harusnya begitu ada
tanda-tanda mau diputusin kamu putusin duluan dong, gimana sih, pikirku dalam
hati. Tapi aku tahan, bukannya menghibur
yang ada malah memperparah, "Emang Tomi bilang gimana?"
"Katanya susah
mempertahankan hubungan ini, perbedaan kita terlalu mendasar. Karena kita beda
agama", Sekar tertunduk lesu, auranya semakin abu-abu.
What? Nggak ada
lasan yang lebih hoaaaamm lagi? Beda agama, emang kalian berdua mau nikah.
Bilang aja lah kalau dia bosen sama kamu. Kalimat itu sudah ada di ujung
lidahku, tapi yang keluar hanya,"ooh, terus?"
"Katanya orang
tuanya nggak suka kalo beda agama. Selanjutnya akan semakin susah. Karena
masalah keyakinan itu mendasar banget. Bener juga sih apa kata Tomi. Ya, Allah,
Kenapa rintangan cinta ku segede ini? Aku nggak keberatan berjuang, kalau Tomi
juga mau berjuang sama-sama".
Yakin tuh orang
tuanya ikut-ikutan? Apa mereka pikir hubungan ini segitu seriusnya? Menurutku sih
akal-akalannya si Tomi aja. Lagian kalian kan dari awal sudah tahu beda agama.
Kalian pacaran emang buat apa? Main kan? Seneng-seneng? Masak mau nikah dari
smp? Ya biasa wae lah.
"iya, rintangan
harusnya dilewati ya, cinta harusnya diperjuangkan", Aku berusaha
terdengar semeyakinkan mungkin, meskipun aku nggak yakin apa cinta yg ini layak
diperjuangkan.
Lalu secara tidak
sengaja, mataku menangkap sosok Tomi. Dia njajan
sekitar 10 meter dari tempat kami duduk. Dan Tomi njajan
berdua dengan Kristin, tampak bahagia. Secepatnya aku mengalihkan pandangan,
supaya Sekar tidak menoleh ke arah yang sama. Tapi terlambat, dia sudah
melihatnya. Aura Sekar semakin hitam dan membesar, sampai hampir menarikku
dalam auranya bagaikan dementor. Lalu, Teeeeeeeeeet......... Bunyi bel
istirahat berbunyi. Kita harus masuk kelas. Ini lah akhir dari girl's talk ku dengan Sekar.
"Inget Arifin
ketua kelas kita waktu SD? Yang suka sama kamu? Kemarin aku ketemu, dia nanyain
kamu lho..", oke, kalimatku tadi terlalu random. Aku nggak tahu apa ini
bisa jadi pengalih perhatian. Yang jelas Sekar tersenyum. Aura hitamnya berhenti
membesar, meskipun tetap besar. Dan lebih besar dari awal sebelum girl's talk ini dimulai.Terbukti aku nggak
pintar menghibur. Dan terbukti masalah agama terlalu dini buat anak SMP. Semua
ya hanya tentang masih suka atau nggak.
End
Dari penulis :
rencananya Sepotong Cinta Monyet ini akan
jadi kumpulan cerpen one shoot ,
potongan kehidupan seputar 2 sahabat, Sekar dan yang belum disebut
namanya.
Terimakasih sudah membaca, komentar kalian berupa kritik, saran, pujian atau
ejekan, apa saja sangat berarti untuk semangat melanjutkan cerpen ini.
lanjutkan! muehehe
BalasHapussiap bu :)
Hapuside bagus! smangaat!^^
BalasHapusgomapta. ilustrasi mana?
Hapusgomapta. ilustrasi mana?
Hapus