Jumat, 31 Januari 2014

Sepotong Cinta Monyet

Sekar masuk kelas dengan agak lunglai. Matanya sedikit sembab. Aku sudah tahu sedikit ini masalah apa. Dia akhirnya putus dengan pacarnya. Padahal ini rekor bagi Sekar dalam menjalin hubungan. Yah, 1 tahun itu yang terlama. Aku sungguh menyayangkan, meskipun aku tahu ini pasti terjadi sejak awal mereka pacaran. Bukannya aku mendoakan yang tidak baik, tapi waktu itu kita masih kelas 2 SMP. Apa yang harusnya aku bayangkan akan terjadi di ujung percintaan anak SMP? Menikah? Masih terlalu jauh. Kecuali aku di lingkungan desa yang menikahkan anaknya setamat SD.

"Hei, Sekar, puk..puk.. Senyum dikit dong.. Ini kan pelajaran olahraga. Ngelihatin Pak Putra yang keren aja yuk", aku berusaha sedikit menghibur dengan tidak bermutu. Sekar tersenyum, hambar. Aku bisa merasakan aura abu-abu bergaris yang dipancarkan Sekar, dan rasanya aku bisa tersedot.
 
Sama seperti kebanyakan pelajaran olah raga, hari ini isinya cuma main-main dan leyeh-leyeh. Semua anak laki-laki bermain sepak bola, anak perempuan yang bersemangat bermain kasti, anak perempuan yang malas dan galau duduk di warung pinggir lapangan, makan,minum dan berggosip. Disinilah seharusnya sesi girl's talk untuk menghilangkan aura abu-abunya sekar dimulai.

"cowok nggak cuma si Tomi, dia tuh yang rugi putus sama kamu ", aku mulai pembicaraan.
"iya bener", Sekar coba tersenyum. "Tapi kita udah lama banget . Nggak semudah itu ngelupainnya. Perjuangan kita mempertahankan ini. Pasti si Kristin seneng deh kita putus".

Kristin itu selama ini digosipin dekat dengan Tomi karena mereka satu Gereja. Kristin sering jadi bahan pertengakaran Sekar dan Tomi. Aku putar otak mau ngomong apa lagi,"menurutmu Kristin ada hubungannya?"
"Nggak tahu juga. Menurutmu gimana, kalau alasan Tomi putus kayak gitu, apa mungkin Kristin nggak ada hubungannya?". Sekar melanjutkan,"Selalu kayak gini,aku yang diputusin. Aku emang nggak bisa mutusin cowok, gimanapun aku masih cinta"

Harusnya begitu ada tanda-tanda mau diputusin kamu putusin duluan dong, gimana sih, pikirku dalam hati.  Tapi aku tahan, bukannya menghibur yang ada malah memperparah, "Emang Tomi bilang gimana?"
"Katanya susah mempertahankan hubungan ini, perbedaan kita terlalu mendasar. Karena kita beda agama", Sekar tertunduk lesu, auranya semakin abu-abu.

What? Nggak ada lasan yang lebih hoaaaamm lagi? Beda agama, emang kalian berdua mau nikah. Bilang aja lah kalau dia bosen sama kamu. Kalimat itu sudah ada di ujung lidahku, tapi yang keluar hanya,"ooh, terus?"

"Katanya orang tuanya nggak suka kalo beda agama. Selanjutnya akan semakin susah. Karena masalah keyakinan itu mendasar banget. Bener juga sih apa kata Tomi. Ya, Allah, Kenapa rintangan cinta ku segede ini? Aku nggak keberatan berjuang, kalau Tomi juga mau berjuang sama-sama".

Yakin tuh orang tuanya ikut-ikutan? Apa mereka pikir hubungan ini  segitu seriusnya? Menurutku sih akal-akalannya si Tomi aja. Lagian kalian kan dari awal sudah tahu beda agama. Kalian pacaran emang buat apa? Main kan? Seneng-seneng? Masak mau nikah dari smp? Ya biasa wae lah.
"iya, rintangan harusnya dilewati ya, cinta harusnya diperjuangkan", Aku berusaha terdengar semeyakinkan mungkin, meskipun aku nggak yakin apa cinta yg ini layak diperjuangkan.

Lalu secara tidak sengaja, mataku menangkap sosok Tomi. Dia njajan sekitar 10 meter dari tempat kami duduk. Dan Tomi njajan berdua dengan Kristin, tampak bahagia. Secepatnya aku mengalihkan pandangan, supaya Sekar tidak menoleh ke arah yang sama. Tapi terlambat, dia sudah melihatnya. Aura Sekar semakin hitam dan membesar, sampai hampir menarikku dalam auranya bagaikan dementor. Lalu, Teeeeeeeeeet......... Bunyi bel istirahat berbunyi. Kita harus masuk kelas. Ini lah akhir dari girl's talk ku dengan Sekar.

"Inget Arifin ketua kelas kita waktu SD? Yang suka sama kamu? Kemarin aku ketemu, dia nanyain kamu lho..", oke, kalimatku tadi terlalu random. Aku nggak tahu apa ini bisa jadi pengalih perhatian. Yang jelas Sekar tersenyum. Aura hitamnya berhenti membesar, meskipun tetap besar. Dan lebih besar dari awal sebelum girl's talk ini dimulai.Terbukti aku nggak pintar menghibur. Dan terbukti masalah agama terlalu dini buat anak SMP. Semua ya hanya tentang masih suka atau nggak.

End


Dari penulis : rencananya Sepotong Cinta Monyet ini akan jadi kumpulan cerpen one shoot , potongan kehidupan seputar 2 sahabat, Sekar dan yang belum disebut namanya.
Terimakasih sudah membaca, komentar kalian berupa kritik, saran, pujian atau ejekan, apa saja sangat berarti untuk semangat melanjutkan cerpen ini.

5 komentar: